Tuesday, 9 February 2016

MULIANYA WANITA DI MATA ISLAM ( PART 1 )

Islam merupakan agama Rahmatan Lil’alamin yakni agama yang menyebarkan kasih sayang dan rahmat untuk semesta alam. Islam yang kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam dengan ajaran dan tuntunan hidup-Nya yang sangat universal dalam mengimbangi dinamisnya perkembangan zaman.

Rahmatan lil'alamin adalah istilah qurani dan istilah itu sudah terdapat dalam Alquran, yaitu sebagaimana firman Allah dalam Surat Al- Anbiya' ayat 107:

Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

Ayat tersebut menegaskan bahwa kalau Islam dilakukan secara benar, dengan sendirinya akan mendatangkan rahmat untuk orang Islam maupun untuk seluruh alam.

Sebagai walktrough untuk menjalankan kehidupan secara benar dalam kehidupan, Islam memberikan aturan-aturan yang jelas dan sesuai dengan bobotnya masing-masing. Keseimbangan proporsi amanah yang diberikan Allah terhadap manusia tersebut menunjukan wujud perhatian Islam terhadap menjaga keselarasan dan kebahagiaan hidup manusia.

Islam memandang lelaki dan wanita sama dalam penciptaan dan kemuliaannya. Namun berbeda dalam hal fungsi dan penempatannya. Islam memberikan porsi khusus kepada wanita yang tidak diberikan kepada lelaki, begitu pula sebaliknya. Ironisnya, dewasa ini justru porsi dan perhatian khusus yang diberikan Allah SWT kepada wanita sering disalahtafsirkan sebagai bentuk larangan atau kekangan.

Secara kuantitas hak yang diperoleh, Islam memberikan jatah kepada lelaki dengan perbandingan jumlah yang lebih besar dari wanita dengan perbandingan 2 : 1. Pada saat pembagian warisan, 3 orang anak yang terdiri dari 2 wanita dan 1 lelaki akan memperoleh pembagian dengan persentase 25 : 25 : 50. Ketika melangsungkan sholat berjamaah, Islam memberikan posisi sholat kepada kaum lelaki di depan kaum wanita. Namun semua hal tersebut didasari karena besarnya rasa sayang Islam terhadap wanita.

Seorang lelaki diberi amanah yang cukup berat oleh Islam, yakni memberi nafkah kepada istri. Plus apa-apa yang terjadi terhadap istrinya kelak harus bisa dipertanggung jawabkan lelaki di hadapan Allah SWT. Termasuk di dalamnya adalah masalah kesehatan istri jika istrinya sakit, masalah akhlak dari istri jika istrinya menyimpang dari ajaran, semua adalah tanggung jawab lelaki. Yang lebih ekstrem lagi adalah jika seorang istri melakukan maksiat atau dosa, ternyata di akhirat sang suami juga bakal menanggung dosa tersebut karena dianggap lalai. Padahal kan suami itu mungkin tidak tau istrinya ngapain aja.

Memberi nafkah kepada istri hanya simbol kata-kata secara ringkasnya saja. Kalau ditelaah lebih dalam, memberi nafkah itu luas maknanya. Memberikan jaminan perlindungan kepada istri, bahkan mungkin sampai mengorbankan fisiknya, itu adalah tanggung jawab suami. Kalau atap rumah bocor yang manjat buat benerin genteng suami kan.. Tiap hari berangkat pagi pulang larut malam capek-capek, cuma buat ngasih uang kepada istri. Itu semua dilakukan karena amanah Allah SWT kepada lelaki.

Begitu memanjakannya Islam terhadap wanita, bahkan sampai tidak ada kewajiban bagi wanita untuk bekerja mencari uang. Yang diwajibkan adalah hanya mematuhi suami dan menghormatinya. Bersih-bersih rumah, memasak untuk suami, menghibur hati suami yang lelah, tidak membantah suami, memasang wajah ceria di hadapan suami, berhias untuk suami, mudah bukan tidak ada yang pake otot? Walaupun sekarang banyak wanita yang ngeluh masalah kerjaan kantor dan kerepotan kalau sambil ngurus rumah. Kadang malah sampai menganggap bebannya lebih berat dari suaminya. Loh salah siapa toh Islam tidak mewajibkan wanita untuk itu walaupun boleh-boleh saja dan justru bagus asal tidak mengganggu tanggung jawab masing-masing. Itulah yang menjadi sebab tadi bahwa lelaki memiliki kuantitas hak yang lebih banyak 2 kali lipat dari wanita, mengingat amanah dan tanggung jawab lelaki yang cukup besar. Posisi lelaki di depan wanita ketika sholat berjamaah pun menjadi simbol bahwa lelaki harus melindungi kaum wanita, mereka merelakan raganya terlebih dahulu untuk melindungi wanita.

Allah SWT, berfirman : “Laki-laki adalah pemimpin wanita karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain dan karena mereka telah menafkahkan sebagian harta mereka. Oleh karena itu, wanita yang sholihah adalah yang menaati Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada karena Allah telah memelihara mereka.” (QS An Nisa’ 4:3).
Abu Hurairoh r.a. juga pernah menuturkan bahwa Nabi saw pernah ditanya,
“ Wanita manakah yang paling baik?” Beliau menjawab : “Yaitu wanita yang menyenangkan suaminya jika suaminya memandangnya, yang menaati suaminya jika suaminya memerintahnya, dan yang tidak bermaksiat kepada suaminya menyangkut dirinya dan harta suaminya.” ( HR Al Hakim).
Melihat perbedaan tanggung jawab tersebut, jika keduanya antara wanita dan lelaki telah menjalankan tanggung jawabnya masing-masing dengan baik dan benar, kemudian terjadi perselisihan antara keduanya, mana yang dianjurkan untuk mengalah di dalam Islam?

Bukan bermaksud untuk merendahkan wanita, sekali lagi justru Islam sangat memuliakan wanita dengan amanah yang tidak seberat lelaki. Dalam sebuah hadits riwayat Al-Baihaqi disebutkan bahwa:

“Ingatlah, aku telah memberitahu kalian tentang istri-istri kalian yang akan menjadi penduduk surga, yaitu yang penyayang, banyak anak (subur), dan banyak memberikan manfaat kepada suaminya; yang jika ia menyakiti suaminya atau disakiti, ia segera datang hingga berada di pelukan suaminya, kemudian berkata, “Demi Allah, aku tidak bisa memejamkan mata hingga engkau meridhaiku)”. (HR al-Baihaqi)

================
Bukti lain mengenai kemuliaan wanita di mata Islam adalah mengenai aturan untuk berhijab dan larangan pacaran di dalam islam. Kedua hal ini merupakan kontradiksi yang bagi beberapa wanita mungkin justru menjadi kekangan dan larangan untuk bisa menikmati hidup. Namun pahamilah bahwa justru ini adalah bentuk kasih sayang Allah SWT terhadap kaum wanita.

Dengan berhijab secara sempurna oleh seorang wanita maka aurat akan tertutup. Allah memerintahkan kaum wanita untuk menutup aurat dikarenakan nilai wanita itu sendiri yang begitu istimewa di mata islam. Sebuah perhiasan emas tentunya akan dibungkus dalam sebuah tempat perhiasan yang indah agar kemurnian emas itu tetap terjaga. Berbeda dengan bebatuan tak bernilai yang berserakan di jalanan berteburan debu.

Salah satu fungsi hijab secara konkret adalah mencegah timbulnya kriminalitas karena aurat yang diumbar dapat memicu munculnya nafsu syahwat. Banyak kaum wanita yang malas untuk berhijab karena dianggap tidak bisa modis. Sebagai konsekuensinya muncul banyak kasus pelecehan seksual di kota-kota besar yang menganggap hijab itu tidak modis. Beberapa kaum wanita yang dimintai pendapat mengenai hal tersebut pun menyalahkan kaum lelaki yang tidak bisa menahan nafsu dan pikiran kotornya. Sekarang pertanyaannya adalah sudah berhijab dengan baik dan benar apa belum mbak? Dilihat dari sisi “faktor-X” nya, Allah selalu bersama hamba-Nya yang taat menjalankan perintah-Nya. Sehingga hampir tidak mungkin ada yang berani bermacam-macam dengan Anda kaum wanita kalau sudah menaati perintah untuk berhijab dengan baik dan benar karena Allah SWT akan selalu bersama melindungi Anda. Tidak mungkin lah Allah membiarkan hamba-Nya yang taat untuk disakiti.

Allah Swt dalam Al Quran berfirman:

ياايهاالنبى قل لأزواجك وبناتك ونساءالمؤمنين يدنين عليهن من جلابيبهن ذلك أدني أن يعرفن فلا يؤذين وكان الله غفورارحيما 
 (الأحزاب 59)


Artinya:Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang-orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk di kenal karena itu mereka tidak di ganggu.Dan Allah adalah maha pengampun dan penyayang.(Al Ahzab.59).


Tidak ada ayat anjuran kepada lelaki untuk selalu memakai peci, tapi banyak ayat yang menganjurkan wanita untuk berhijab. Sebab Islam sangat menjunjung tinggi kesucian wanita.

Kemuliaan dan kesucian wanita di mata Islam dimuliakan lagi dengan adanya larangan untuk pacaran di dalam Islam sesuai dengan firman Allah SWT sebagai berikut.

وَلاَ تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلاً

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan seburuk-buruk jalan”. (Al Isra’ [17] : 32).

Berkaitan dengan ayat ini seorang ahli tafsir Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’dirahimahullah- mengatakan dalam tafsirnya,


Larangan mendekati suatu perbuatan nilainya lebih daripada semata-mata larangan melakukan suatu perbuatan karena larangan mendekati suatu perbuatan mencakup larangan seluruh hal yang dapat menjadi pembuka/jalan dan dorongan untuk melakukan perbuatan yang dilarang”.

Kemudian Beliau –rahimahullah- menambahkan sebuah kaidah yang penting dalam hal ini,


Barangsiapa yang mendekati suatu perbuatan yang terlarang maka dikhawatirkan dia terjatuh pada suatu yang dilarang

Lantas kalau memang pacarannya ga ngapa-ngapain kenapa dilarang? Kok kuatir banget sih kalau berbuat macem-macem. Begini ceritanya..

Kita semua adalah manusia biasa yang tidak tau apa-apa yang terjadi di alam lain. Tidak tau apa yang terjadi di langit. Tidak tau apa yang terjadi di tempat yang jauh sana. Dan yang terpenting adalah kita tidak bisa melihat setan. Kita tidak tau sekarang setan lagi ada dimana? Di sebelah kita ada setan atau tidak? Kalau ada berapa jumlahnya? Lagi ngomongin apa? Nah...itu semua kelemahan kita sebagai manusia. Hal-hal yang demikian hanya Allah yang tau.

Ibaratnya ngasih bocoran kepada manusia (seperti dosen yang ngasih kisi-kisi sebelum ujian kepada mahasiswa), saking sayangnya Allah kepada kita maka Dia memberikan bocoran terhadap hal-hal yang manusia tidak tau, agar manusia tidak terjerumus, agar manusia bahagia. Bahwasanya Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, jangan sekali-kali ia berdua-duaan dengan wanita (ajnabiyah/ yang bukan mahram) tanpa disertai oleh mahram si wanita karena yang ketiganya adalah setan. (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Mau tidak mau, percaya atau tidak memang seperti itu adanya, setan akan datang jika ada dua orang lawan jenis sedang berduaan. Kita saja sebagai manusia biasa yang tidak bisa melihat setan itu. Padahal, visi misi setan di dunia ini adalah menggoda manusia agar terjerumus ke jalan kemaksiatan, dengan logika-logika yang seringkali dianggap masuk akal. Bukankah itu menyeramkan dan tidak fair, menggoda tapi tak kasad mata. Begitu sayangnya Allah kepada manusia membuat Allah selalu membuat rambu-rambu kehidupan yang perlu dipatuhi oleh manusia untuk keselamatan manusia itu sendiri, khususnya wanita yang kesuciannya sangat dijunjung tinggi di dalam Islam.

Dari faktor yang lain, biasanya orang pacaran itu sangat familiar dengan yang namanya:
-putus
-mantan
-pengganti

Kalau pacaran itu putus karena tidak cocok, kemudian ganti cari pasangan baru, berarti kedudukan wanita itu ibarat kelinci percobaan dong? Karena bisa seenaknya putus lalu coba cari yang lain. Ini pun merupakan bentuk pemuliaan Islam kepada wanita. Islam tidak mau wanita yang sangat mulia ini dijadikan ajang coba-coba oleh lelaki. Tapi ironisnya malah justru para wanita yang ngeyel pingin pacaran, menganggap Islam itu gak gaul, terlalu saklek dan mengekang, padahal justru maksud dari Islam mengatur sedemikian itu karena Islam sangat menjunjung tinggi kemuliaan wanita.

Jadi kesimpulannya adalah pada dasarnya Islam sangat menghormati wanita sebagai makhluk yang lemah lembut. Karena fitrahnya itulah yang membuat Islam sangat care, melindungi, dan memuliakan wanita. Berbagai anjuran dan larangan sudah dibuat langsung oleh Allah SWT sebagai bentuk pemuliaan kaum wanita. Sekarang tinggal pilihan berada di tangan wanita sendiri apakah ingin menjaga kemuliaan dirinya dengan mematuhi aturan-aturan Allah SWT atau tidak penting.

No comments:

Post a Comment